Rabu, 04 Januari 2012

Dasar-Dasar MIPA


DASAR- DASAR MIPA
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPA,MELEK MIPA DAN TEKNOLOGI



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2010


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL..................................................................................................        
KATA PENGANTAR................................................................................................        
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................        
1.1.Latar belakang............................................................................................        
1.2.Rumusan masalah.......................................................................................        
1.3.Tujuan........................................................................................................        
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................        
2.1.Pengertian pendididkan ipa di indonesia ..................................................        
2.2 Melek mipa.dan Melek tehnologi...............................................................        
BAB III PENUTUP....................................................................................................        

DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1  Latar Belakang

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata plajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru.

Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA di SMP diperlukan pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA. Masalah ini juga yang mendasasri adanya kurikulum yang di sempurnakan (KYD) yang saat ini sedang di kembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP.

Dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang pengertian pendidikan IPA dan perkembangannya sehingga menyebabkan adanya perubahan kurikulum yang disempurnakan. Diharapkan setelah adanya penyempurnaan kurikulum maka pendidikan IPA dapat diajarkan sesuai dengan konsepnya serta dapat dikembangka dala dunia tekologi. Pendidikan IPA terpadu yang diterapkan di SMP dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu berpikir logis, kreatif dan kritis dalam menanggapi isu teknologi di masyarakat.

1.2.   Rumusun masalah
Apa yang di maksud dengan perkembangan pendidikan ipa?
Apa yang di maksud dengan melek mipa dan melek teknologi?

1.3 .  Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan pendidikan ipa di indonesia













BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Pendidikan IPA

Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri.

2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta sebagai makhluk Tuhan”.

Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan.

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwapendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola piker saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik.


2. 1.2 Pengertian IPA

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.

Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.

Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.

Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.

Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.

.2.1.3 Perkembangan Pendidikan IPA

Pemberian pendidikan IPA di sekolah menengah bertujuan agar siswa paham dan menguasai konsep alam. pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam tersebut

Pendidikan IPA atau IPA itu sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mepunyai pemikiran kritis dan ilmiah dalam menanggapi isu di masyarakat. Perkembangan IPA ini dapat menyesuaikan dengan era teknologi informasi yang saat ini tengah hangat di bicarakan dalam dunia pendidikan

Menyadari hal ini maka pendidikan IPA perlu mendapat perhatian, sehingga dapat dilakukan suatu usaha yang di sebut modernisasi. Modernisasi sendiri merupakan proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntunan zaman. Dengan demikian modernisasi pendidikan IPA memiliki upaya untuk mengubah system menjadi lebih modern dan akan terus berjalan dinamis

Modernisasi dalam pendidikan IPA meliputi dua hal yaitu materi IPA dan matematika, serta system penyampaian. Modernisasi pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju seperti Amerika, namun untuk Indonesia sendiri belum nampak perkembangannya
Modernisasi yang dilakukan di Indonesia terkait dengan adanya perubahan kurikulum yang dominant terlihat pada kurikulum 1975, kurikulum ini berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994. selanjutnya berubah menjadi Kurikulum 2004 yang biasa dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai akhirnya sekarang telah disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)



2.1.4 Perkembangan Kurikulum

Kurikulum sendiri memiliki pengertian sebagaimana dalam UU SPN No 20 Tahun 2003 pada bab I pasal I (Muhammad. Joko,2007:82) yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Kurikulum dimulai sejak adanya kurikulum 1975 yang berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994.

a. Kurikulum 1975

Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak proklamasi kemerdekaan atau tepatnya tanggal 17 agusyus 1945. sejak saat itu telah terjadi beberapa kali pembaharuan kurikulum mulai dari yingkat sekolah dasar hingga menengah. Pembaharuan kurikulm tersebut dilakukan untukmembuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, menurut Jasin (1987), sudah dilakukan lima kali pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut adalah:
v Pembaharuan pertamakali dilakukan pada tahun 1947. Pembaharuan tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda yang sebelumnya telah dicanangkan di Indonesia. Pembaharuan ini sangat didukung dengan masih adanya semangat revolusi nasional dan semangat proklamasi kemerdekaan yang masih menyala-nyala. Pembaharuan yang pertama atau disebut dengan rencanapelajaran 1947 ini menekankan pada pembentukan karakter manusia
.
 Pembaharuan yang kedua terjadi
v dengan keluarnya rencana pendidikan 1964. Pembaharuan kurikulum ini didasarkan pada usaha untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia di bidang ilmu alam (science) dan matematika.
v Pembaharuan yang ketiga terjadi karena dikeluarkannya kurikulum 1968. Pembaharuan ini terjadi bersamaan dengan beralihnya sistem pemerintahan dari orde lama ke orde baru. Keadaan tersebut menuntut adanya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan yang salah satunya adalah pendidikan
.
 Pembaharuan yang keempat terjadi seiring dengan
v diterbitkannya kurikulum 1975/1976/1977. Kurikulum ini ditandai dengan adanya usha yang sistematis dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahan-bahan yang bersifat empiris dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum ini

b. Kurikulum 1984

Kurikulum ini manggantikan kurikulum 1975 yang didasarkan pada surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan kerja industri pada masa itu.

c. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya beada ditanagn pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu terlibat, kemudian tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya dianggap sebagai siswa yang harus menerima semua materi dan tanpa mem[praktekannya. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan ketrampilan hanya dikembangkan melalui latihan soal. Mulyasa (Muhammad Joko,2007:102-104).

Dari uraian di atas erlihat bahwa kurikulum ini tidak atau kurang mengena pada siswa untuk pendidikan IPA, mengingat bahwa pendidikan IPA tidak sekedar mengajarkan konsep namun membutuhkan proses ketrampilan. Sebagai contoh meneliti, mengalami danmembuat rancangan prosedur sehingga kurikulum ini dirasa kurang baik dan akhirnya terjadi perubahan kurikulum yang disebut KBK.




d. Kurikulum 2004 (KBK)

KBK tidak ditetapka dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan dengan mudah lupa.

Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan “kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak”

Secara umum KBK memiliki enam karakteristik menurut Muhammad joko (2007:102) yaitu: “(1) system belajar dengan modul,(2) menggunakan keseluruhan sumber belajar, (3) pengalaman lapangan, (4) strategi individual personal, (5) kemudahan belajar dan (6) belajar tuntas”.

Dalam kurikulum KBK ini sekolah dimberi keleluasaan dalam menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. Di samping itu kurikulum ini juga menuntut siswa untuk aktif dan diharapkan lulusan dari tingkat SMP siswa dapat berpikir logis, kritis dan inovatif serta dapat memecahkan masalah sesuai metode ilmiah

e. Kurikulum 2006 (KTSP

KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum yang di sempurnakan dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Prinsipnya hamper sama dengan KBK. KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007. Dalam kurikulum ini pemerintah hanya sebagai pengembang kompetensi sebagai standar isi dan kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan sekolah dan siswa didik.
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU republic Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan permen No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Dalam KTSP pendekatan balajar berbasis kompetensi dan terjadi penataan materi, jam belajar dan struktur program. (Muhammad Joko, 2007:102)

Perubahan urikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada kebutuhan dimasyarakat. Harapannya dengan kurikulum terakhir yang lebih dikenal dengan KTSP lebih mudah diterapkan karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Keberhasilan pendidikan akan tergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum tersebut. Harapannya dapat meningkatkankualitas SDM

2. Kurikulum IPA di Indonesia

            Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan IPA di SMP telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena IPA sangat penting sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi.

Kurikulum sebelum KTSP IPA di SMP diajarkan dengan memisahkan mata pelajaranm kedalam tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dalam hal ini ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek IPA tanpa teknologi dan masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA buakn hanya pada konsep tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis.

Sesuai dengan adanya isi materi yang kurang mengena pada teknologi maka ketiga aspek tersebut dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA terpadu yang saat ini telah diterapkan dalam kurikulum KTSP

2.2 MELEK MIPA DAN TEKNOLOGI

Perkembangan teknologi yang ada sekarang menunjukkan trend bahwa segala
sesuatunya kembali ke basicsciences (MIPA).
Impossible kalo kita mau
ngembangin apa yang namanya nanotechnology (incl. biotech) without
understand anything about quantum physics. Bahkan bljr quantum physics
3 SKS aja nggak akan cukup. Jadi perkembangan teknologi masa depan itu
bertumpu di Physics, Chemistry, and Biology tentu dengan auxilliary
oleh mathematics. Semuanya MIPA. Trus kalo ada yang bilang buat apa
kita ngembangin nanotech di Indo, nggak tepat guna; Itu mereka yang
nggak bisa melek. Menristeknya Korea aja bilang,'Go to nanotech, or we
die in 2025.' Soalnya dgn nanotech kita bs ngehemat resources, dapet
devisa yg jauh lebih banyak dari skrg and yg pasti nambah lapangan
kerja.
Yang perlu dicatat : ada tiga lini dalam bidang fisika itu, purephysics (fundamental physics), applied physics, dan engineeringphysics. Ketiganya memiliki perbedaan yg jelas dalam apa yangdibahasnya. Applied physics lebih ke bgm mengaplikasikan konsep fisikake hal yg nyata (technology) sementara engineering physics lebih untukmeng-customize-kan. Di Indonesia, jika kita lihat lebih cermat,fundamental physics &appliedphysics masih berada di bawah satu payungyaitu Department of Physics(MIPA).Itu terbukti dgn banyaknya ygngerjain waveguide, crystal growth diFisika, bukan di Fisika Teknik

Ada sesuatu yg menarik dalam closing remark yg diberikan Prof. Brenny
van Groessen dari Univ. Twente, Netherland di ISMOA 2004, 'We havealready made this occasion for 4 times, and we will make it again nextyear. This occasions are very nice for us for discussing our works and

get new ideas, making new collaboration. We can see the affect of this
occasion in Japan, and Korea with their advancement in this area. But,
we still don't see the affect of this meeting in its host country,
Indonesia. I think it may be because the participant of this meeting
only scientists/physicists who had already understood the problem. But,
where are the engineers and the decision makers ? That's the problem in
this country.' Kira-kira seperti itu lah yang dikatakan. Jadi, yg jadi
masalah adalah pola pikir engineer dan decision maker kita yg terlalu
ogah masuk ke daerah MIPA. Mungkin krn menganggap terlalu susah atau
justru mereka masih menganggap rendah orang-orang MIPA dan apa yg
dikerjakan orang2 MIPA. Hal itu bisa dilihat dari hampir tidak adanya
orang engineer/teknik yg hadir bahkan dari host university sekalipun.
Tak perlu mahasiswanya-lah, dosennya pun nggak ada. Padahal apa yg
dibahas di ISMOA kmaren itu lebih dominan ke arah nanotech. Lucunya ada
departemen engineering yg ribut2 mau ngerjain nanotech dan denger2 udah
dapet dana dari pemerintah tapi nggak ada seorang pun dari departemen
itu yg dateng. Padahal itu kesempatan yg nyata buat nyari strategic
collaboration. Karena yg dateng kmaren hampir dari seluruh dunia, minus
USA. Taun kmaren ada yg dateng dari MIT.

Tapi, sebagai orang MIPA kita juga harus bercermin diri. Kekurangandari kita adalah lemahnya kehumasan kita/ public relation &outreach-nya. Jadi masyarakat & pemerintah nggak tau apa yang kitakerjain. Padahal kita udah berbuat banyak dalam pengembangan teknologibangsa, hanya saja justru mentok di mass production-nya atauprototyping-nya karena nggak ada support dari pemerintah. Jadiperbanyaklah nge-lobby dgn lebih diplomatis & perbanyaklah kegiatanoutreachprogram. Mungkin HFI bisa menjadi motordari outreach programtsb.

Kesimpulannya : MIPA akan selalu eksis karena masih banyak yg bisa
dikerjain. Hanya di Fisika lah kita bisa belajar Quantum Physics lebih
banyak. Sehingga kita bisa lebih kompeten dalam mengembangkan banyak
teknologi masa depan karena adalah suatu hoax kalo ngembangin nanotech
kalo nggak kuantum yg dipelajari cuma sebatas setingkat Fisika Modern
aja. Yang perlu dibangun adalah bagaimana cara menyadarkan pemerintah
bahwa keberadaan MIPA itu penting bahkan menjadi lokomotif perkembangan
teknologi masa depan. Selain nanotech, masih banyak lg bidang2 dimana
orang MIPA lebih mengerti dan tau duluan seperti Cellular Automata,
biomedic/biophysics, dsb. Ubah paradigma yg ada di masyarakat bahwa
menjadi orang MIPA itu miskin. Padahal justru menjadi orang MIPA itu
kaya krn ilmunya banyak, bisa kemana-mana, plus kreatif sedikit bisa
jadi kaya secara materiil tentus etelah kita menunjukkan kontribusinya.

Mungkin itu aja. Ntar disambung lg deh. Yg jelas saya adalah mahasiswa
S1 Fisika yg sedang menapaki dan belajar menikmati enaknya hidup di
daerah science (MIPA). Let's make a better future with science.
Menginjak abad milenium ketiga ini, banyak kita yang merasa terperangah
menghadapi perkembangan ICT yang demikian pesat. Betapa tidak! Setiap orang,
siapa pun dia, kini telah menggenggam telepon seluler yang kemampuannya cukup
membuat kita tekagum-kagum. Sampai-sampai kantor pos kita merasa kehilangan
bisnis inti(core bussiness) yang sebelumnya sempat menjadi andalah.
Kita juga terperangah ketika alat yang besarnya benar-benar hanya segenggam
tangan itu dapat mengirimkan SMS dengan begitu cepat, dapat merekam video yang
bahkan dapat dihubungkan melalui komputer, memiliki sistem alarm, ada penunjuk
waktu (jam), dan banyak aplikasi lain yang sebelumnya tidak kita bayangkan.
Demikian juga dengan dunia perkomputeran. Dari komputer hitam putih yang kita
miliki pada awal tahun 80 – 90-an, kini telah lahir generasi baru komputer
lengkap dengan perangkat multimedia yang sangat canggih. Kemampuan untuk
menyimpan data dan informasi, serta kecepatan merekam dan menyampaikan
informasi, merupakan satu kelebihan perangkat keras ini yang sebelumnya tidak
terbayangkan. Bahkan, kini hard disk pun dapat kita bawa kemana kita pergi.
Flash disk atau USB dengan kapasitas bukan hanya megabite, tetapi gegabite.
Bahkan kadang lebih besar dari hard disk yang ada di dalam hard disk komputer
pribadi (personal computer atau PC) yang ada di kantor kita. Komputer
pribadi yang ada di kantor dan rumah kita pun kini telah bergeser menuju laptop
yang nyaris hanya memiliki berat di bawah dua kilogram kini banyak ditenteng
para dosen, pendidik, bahkan kini juga para mahasiswa dan pelajar. Di Malaysia
kini memiliki program satu siswa satu laptop. Program itu sesungguhnya telah
dimulai oleh Tukul Arwana dalam acara ”Empat Mata” yang demikian paforit itu.
Tukul telah memperoleh harga jual yang tinggi dari kejujuran, kesederhaan,
spontanitas, keluguan, dan kecerdasannya. Sampai-sampai para anggota DPR pun
tidak ingin kalah dengan pelawak-entertainer itu. 
Dalam bukunya bertajuk EffectiveTeaching, Evidence and Practice, Daniel Muijsdan David Reynoldsmenjelaskan beberapa hal tentang kecakapan ICT. Bagaimana ICT dapat membantu siswa belajar?
*      Pertama, presenting information. ICT memiliki
kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyampaikan informasi. Ensiklopedia
yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat disimpan di hard disk. Bahkan kini
telah lahir google0earth yang dapat menunjukkan kepada kita seluruh kawasan di
muka bumi kita ini dari hasil foto udara yang amat mengesankan. Dengan membuka
www.google.com, data dan informasi akan dengan mudah
kita peroleh. Mau membuat grafik dan tabel? Itu sangatlah mudah. Komputer akan
dengan senang hati membantu peserta didik untuk membuatkan grafik dan tabel
secara otomatis, dengan hanya memasukkan data sesuai dengan yang kita inginkan.
*      Kedua, quickand automatic completion of routine tasks. Tugas-tugas rutin kitadapat diselesaikan dengan menggunakan bantuankomputer dengan cepatdanotomatis. Mau membuat grafik, membuat paparan yangberanimasi, dan sebainya, dengan mudah dapat dilakukan dengan bantuan komputer.
*      Ketiga, assessing and handling information.Dengan komputer yang dihubungkandengan intenet, kita dapat dengan mudahmemperoleh dan mengirimkaninformasidengan mudah dan cepat. Melalui jaringaninternet, kita dapat memiliki website yang menjangkau ujung dunia manapun. Jangan heran, anak-anak kita dapat dengan mudah melakukan cheating atau ngobrol dengantemannya yang berada entah di belahan dunia mana.
Masih banyak lagi manfaat yang dapat kita ambil dari penggunaan ICT dalamprosespembelajaran. Oleh karena itu, kemampuan dalam bidang teknologi
informasi haruslah dikuasai sebaik mungkin oleh generasi muda kita melalui
pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 
Bagaimana Dengan Indonesia?
Indonesia masih kebingunan untuk memilih paradigma mana yang paling
pas dalam menyelesaikan masalah. Program dulu baru anggarannya, atau
anggarannya dulu baru programnya. Kebingunan ini mungkin karena trauma lama,
yakni adanya program yang bagus ternyata tidak didukung oleh adanya anggaran
yang tersedia. Atau trauma lama tentang ketersediaan anggaran untuk suatuprogram ternyata dilatarbelakangi oleh kepentingan dari pihak-pihak
nonkependidikan yang memiliki motif-motif untuk mencari keuntungan. Contoh
tentang hal ini terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Program pengadaan
alat peraga, pengadaan buku pelajaran satu siswa satu buku, bahkan soal sepatu
bagi siswa saja kemudian dengan mudahnya disediakan dananya. Tetapi, anggaran
yang tersedia itu tenyata tidak dilengkapi dengan konsep dan perencanaan yang
matang. Atau konsep yang ada itu dengan mudahnya tidak dilaksanakan secara
konsekuen. Ketentuan judul buku pelajaran harus digunakan di sekolah minimal
selama lima tahun pelajaran, sebagai contoh, dengan mudahnya dipungkiri oleh
sekolah, karena berbagai alasan seperti adanya perubahan kurikulum. Di
Malaysia, penggunaan buku pelajaran menggunakan konsep sepuluh tahunan. Buku
pelajaran yang digunakan di sekolah Malaysia digunakan selama sepuluh tahun.
Buku pelajaran baru dapat diganti atau direvisi setelah melalui mekanisme
sepuluh tahunan itu.
Kembali ke upaya membangun masyarakat melek komputer melalui pendidikan,
memang memerlukan anggaran yang amat besar. Tetapi, untuk melaksanakan program
penggunaan ICT tersebut, apa yang harus dilakukan pemerintah adalah menyusun naskah
akedemis
atau pun semacam blue book yang akan digunakan
sebagai acuan atau pedoman untuk pelaksanaan program tersebut. Katakanlah bahwa
anggaran untuk pelaksanaan program ICT tersebut memang sudah disiapkan
sepenuhnya oleh pemerintah. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam naskah

akademis itu antara lain adalah sebagai beriktut: (1) sudahkah kita memiliki
data yang akurat tentang kondisi dan penggunaan ICT di sekolah-sekolah di
Indonesia; (2) kalau sudah, apakah anggaran yang akan disediakan tersebut akan
dapat digunakan untuk kegiatan apa saja, pengadaan perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), atau persiapan perangkat otaknya (brainware),
misanya untuk pelatihan gurunya; (3) sesuai dengan ketersediaan anggaran
tersebut, berapa sekolah, sekolah mana saja yang akan dipersiapkan untuk
menjadi uji coba penggunaan ICT, (4) bagaimana desain pembelajaran berbasis
komputer yang akan diterapkan; (5) mata pelajaran apa saja yang akan disiapkan
dalam bentuk CD ROM; (6) berapa banyak CD ROM buku pelajaran yang harus
disiapkan untuk proses pembelajaran berbasis komputer; dan masih banyak
pertanyaan lain yang harus dijawab dalam naskah akademis tersebut.
Langkah pertama yang maha penting untuk dapat melaksanakan program melek
komputer ini adalah perlunya data yang akurat tentang kondisi dan masalah
penggunaan ICT di sekolah.
Bukankah perencanaan tanpa data akurat ibarat mimpi
di siang hari? Data di Indonesia sering dikenal dengan data karet. Data itu
akan membesar dan mengecil sesuai dengan latar belakang kepentingan bagi
menyampaikan data. 
Para petinggi dalam bidang pendidikan telah merumuskan kebijakan dalam
Renstra Dpediknas bahwa sekolah-sekolah kita harus segera melek komputer. Oleh
karena itu tidak boleh tidak sekolah harus segera dapat menggunakan ICT, baik
dalam proses belajar mengajar maupun dalam urusan teknis administratifnya. Jika
pun karena satu dan lain hal anggaran untuk itu telah dapat disediakan, maka
langkah yang segera harus disusun adalah langkah-langkah strategis untuk
pemanfaatan perangat itu secara optimal. Misalnya, pelatihan guru dalam
pembelajaran menggunakan komputer merupakan langkah awal yang harus dilakukan.
Tentu saja, sosialisasi tentang penggunaan ICT ini harus gencar dilakukan.
Sebagai contoh, pelatihan tentang penggunaan komputer dalam pembelajaran

matematika telah dirintis dan dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika, Yogyakarta.
Bahkan P4TK ini
juga telah mengembangkan beberapa CD pembelajaran matematika. Untuk kemudian
pemerintah akan mengadakan dan memberikan komputer kepada sekolah, maka langkah
yang harus dilakukan adalam pemetaan penggunaan komputer di sekolah. Sekolah
mana saja yang akan dijadikan model, syarat apa yang harus dimilikinya, dan
sederet pertanyaan lain harus dapat dijawab dari kegiatan pemetaan tersebut.
Melalui langkah-langkah tersebut, penggunaan ICT dalam pembelajaran di sekolah
dapat dimulai. Memang bukan dari nol, tetapi harus melalui potensi yang telah
dimiliki 










Selama ini kebanyakanperalatan ICT seperti halnya komputer yang ada di sekolah masih sekedar dimanfaatkan sebagai alat untuk mengerjakan administrasi guru atau administrasi
sekolah lainnya. Kondisi tersebut sangat terasa di Sekolah Dasar yang hanya
memiliki 1 atau 2 komputer saja. Begitu salah satu topik hangat yang dibahas
dalam Seminar Nasional Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran seri managemen kelas
komputer terbatas baru-baru ini yang dihadiri oleh 700 guru yang berada di
wilayah Kedua.
berada pada era digital. Maka sudah menjadi hukum alam, bahwa barang siapa
yang mengalami era itu mau tidak mau harus mengalaminya. Proses mengalami era
digital sebenarnya merupakan hal yang Sangat mudah bagi generasi yang memang
dilahirkan di era digital ini. Saat mereka lahir dengan segala fasilitas yang
ada dan mengalir saja sesuai arus yang ada, mereka akan bisa menjadi generasi
digital.
Mereka ini yang Semarang disebut generasi Native digital.
Namur demikian bagi para guruyang dilahirkan pada era tahun 1970-an sebenarnya tidak dilahirkan dalam eradigital. Generasi ini perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasidan kondisi yang ada. Kalau tidak melakukan upaya menyesuaikan diri, bisadipastikan mereka akan tergilas oleh perputaran zaman. Mereka inilah yangkemudian disebut urban digital.
Dalam menyongsong era digitalini sudah banyak sekolah yang memperlengkapi fasilitasnya dengan berbagai alatICT seperti: komputer, foto digital, handycam, dan laian sebagainya. Namunsangat disayangkan keberadaan fasilitas ICT tersebut belum banyak
dimanfaatkan  untuk mendukung proses pembelajaran di kelas. Dengan kata
lain alat-alat ICT yang ada di sekolah belum cukup banyak bisa dirasakan oleh
anak didik dalam membantu proses pembelajarannya.
Keterbatasan fasilitas yangada tersebut dirasakan sulit bagi guru untuk memanfaatkannya dalam prosespembelajaran. Apalagi jika pembelajaran yang dilakukan menuntut agar siswa bisaaktif. Banyak anggapan bahwa pembelajaran dengan ICT yang efektif adalahpembelajaran yang menyediakan fasilitas 1: 1. Artinya jika ada 40 siswa, makapembelajaran menjadi efektif jika disediakan pula 40 komputer atau 40 alat-alat
ICT lainnya.  Pandangan tersebut tidak seluruhnya benar. Berdasarkanpenelitian belajar ICT yang paling efektif justru digunakan secara berkelompokantara 2-3 anak untuk 1 komputer. Bagaimana teknik pengelolaan kelas agarteknologi yang terbatas tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yangtetap mengaktifkan siswa?  
Model-model pengelolaan kelas teknologi terbatas
           Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaanyang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemenuntuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanyamemiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi
Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40
siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar?
Bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk
pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini
sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin
memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil
menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa — dan dapat
dikatakan telah berhasil dengan baik.


BAB III
PENUTUP

            Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait antara pendidikan dengan IPA. Pendidikan merupakan suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan hidup yang diharapkan. IPA sendiri merupakanpengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang dipeoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah yang didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan meerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memehami proses IPA yang kemudian dapat dikembangkan di masyarakat
.
Pendidikan IPA di SMP memiliki tujuan agar peserta didik dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar yang kemudian dapat dikembangkan menjadi suatu ilmu yang baru.
Perkembangan IPA ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi yang berpengaruh dalam kehidupan di masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan IPA sangat diperlukan, melalui pembelajaran IPA ini, diharapkan peserta didik dapat menggali pengetahuan melalui kerja ilmiah dan terus mengembangkan sikap ilmiah
.







DAFTAR PUSTAKA


-     Abdullah Aly & Eny Rahma. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
- Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press
-     Djohar.(1990).Pendidikan Sains.Yogyakarta:FMIPA UNY
-     Hermana Soemantri. (1993). Perekayasaan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (pengembangan dan penilaian). Bandung: Angkasa. Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
-     Masnur Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara
-     Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar- Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
-     Mulyasa. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rasdakarya
-     Moh. Amien. (1984). Hakekat Science. Yogyakarta: IKIP
-     Paul Suparno. (2007). Kajian dan Pengantar Kurikulum IPA SMP & MTS. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
-     Sugiharto, Kartika N.F. Farida Harahap. dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press
-     Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisus
-     Suyoso, Suharto dan Sujoko. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakart: IKIP
-     Thohari Mustamar. (1978). Program Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta

1 komentar:

Melanza mengatakan...

kenyataan di lapangan Ipa masih terintegrasi ke dalam masing" bidang kajian, trus bagaimana agar ipa bisa di ajarkan secara integrated di lapangan?

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India